Validasi Data Nasional dan Launching Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI)

pada 21 – 24 Februari  2023 Ditjen P2P menyelenggarakan Validasi Data Nasional dan Launching Penggunaan Aplikasi Sistem Arbovirosis (SIARVI) di Hotel Discovery Kartika Plaza Hotel, Bali. Pertemuan dibuka oleh Direktur P2PM dr. Imran Pambudi, MPHM, secara daring dan diikuti oleh Peserta yang terdiri dari Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemenkes, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dinas Kesehatan Kota Denpasar,  dan Tim Kerja Penyakit Tular Vektor Direktorat P2PM. Adapun narasumber yang telah hadir yaitu Penanggung Jawab Kegiatan Program P2 Dengue yang bertugas di Provinsi seluruh Indonesia, Tim Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes, Seluruh staf Tim Kerja Penyakit Tular Vektor.

Dalam sambutan Direktur menyampaikan bahwa salah satu intervensi yang penting dalam mencapai keberhasilan pengendalian Arbovirosis adalah dengan menjadikan kegiatan surveilans sebagai salah satu core intervention. Intervensi kunci dari strategi tersebut salah satunya yaitu Penguatan sistem data dan manajemen data Arbovirosis,

Penyakit menular yang disebabkan oleh virus golongan Arbovirosis yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Japanese Encephalitis (JE) dan Zika. Saat ini, penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dimana dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang mengakibatkan kerugian sosial ekonomi. Hal ini dikarenakan dapat  menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk.

Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI) merupakan alat bantu kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan surveilans Arbovirosis yang dapat menampilkan data real time, SIARVI ini hendaknya digunakan agar tugas kita semua dalam upaya pengendalian dan pencegahan penyakit/infeksi dengue, salah satunya adalah DBD dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga fatalitas/kematian akibat  penyakit/infeksi dengue dapat dihindari. tambahnya

Dilaporkan bahwa pada akhir tahun 2021 dari 514 kabupaten/kota yang ada tercatat sebanyak 474 kabupaten/kota (92,2%) telah terjangkit DBD secara total ada 73.518 kasus (IR: 27 per 100.000 penduduk) dan 705 kematian (CFR: 0,9%). Sedangkan pada tahun 2022 dilaporkan bahwa dari 514 kabupaten/kota yang ada tercatat sebanyak 484 kabupaten/kota (94,16%) telah terjangkit DBD dengan total kasus 131.265 kasus (IR: 52,08 per 100.000 penduduk) dan 1.183 kematian (CFR: 0,9%).Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian lebih dini secara terpadu, masif, total, simultan dan berkesinambungan agar mampu memberikan dampak penurunan jumlah kasus secara bermakna.

“Hal ini memerlukan tindakan yang tepat, akurat dan terukur sehingga bisa efektif dan efisien dari penggunaan anggaran negara yang ada.” Tegas Direktur

Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu hal yang penting dalam mendukung terselenggaranya sistem surveilans yang baik. Salah satu upaya meningkatkan mutu  validitas dan kelengkapan dalam pelaporan data perlu dikembangkan sebuah aplikasi berbasik elektronik yang standar memenuhi kepentingan/keperluan Program P2 DBD dan Arbovirosis lainnya dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan data dan informasi arbovirosis agar tersedia data dan informasi secara teratur, berkesinambungan, serta valid sebagai bahan pengambilan keputusan dan perencanaan program. Sistem yang akan dikembangkan berupa sistem yang dapat diakses melalui web ataupun aplikasi android dan lainnya.

“Mari kita wujudkan Indonesia Bebas Dengue, Indonsia Sehat, Indonesia Kuat”. Ujar Direktur

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >