PIEN Ke-8 Menekankan Peran Epidemiolog Lapangan Dalam Pengurangan Dampak Bencana

Field Epidemiology Training Program (FETP) Indonesia pada tahun 2019 kembali menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Epidemiologi Nasional (PIEN) Ke-8 yang di selenggarakan pada tanggal 19 – 22 Agustus 2019 di Bali. Pertemuan ini mengangkat tema Peran Epidemiolog Lapangan Dalam Pengurangan Dampak Bencana atau The Role of Field Epidemiologist on Disaster Risk Reduction. Tema ini sangat relevan dengan kondisi dan lokasi Indonesia yang terletak di wilayah yang rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana non alam.

Penyelenggaran PIEN tahun ini adalah yang Ke-8 kalinya, dimana sejak tahun 2010 telah dilaksanakan selama 7 kali. PIEN merupakan forum dari FETP yang telah menghasilkan tenaga-tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang epidemiologi terapan untuk memperkuat kapasitas dalam pencegahan, deteksi, investigasi dan respon terhadap masalah kesehatan masyarakat. Forum ini di ikuti oleh para mahasiswa magister epidemiologi di 5 Universitas antara lain
Universitas Indonesia , Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Udayana, dan Universitas Hasanuddin. Selain itu forum ini juga diikuti oleh para Alumni FETP, lintas program dan sektor Kementerian Kesehatan, profesi dan organisasi internasional juga para epidemiolog yang ada di kementerian/lembaga lainnya.

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Ditjen P2P Kemenkes RI, drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid dalam laporannya mengatakan tujuan dilaksanakannya pertemuan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas tenaga para epidemiologi dalam mencegah mendeteksi merespon penyakit dan memberikan solusi yang aplikatif terhadap masalah-masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.

Forum Nasional bagi mahasiswa dan alumni FETP ini, kata drg. Vensya tidak hanya terbatas pada keterkaitan antara Bencana dengan aspek kesehatan namun juga bagaimana menyiapkan strategi untuk mencegah dampak kesehatan akibat bencana serta bagaimana meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan.

Penerapan epidemiologi termasuk epidemiologi lapangan sangat terkait dengan penerapan surveilans kesehatan. Surveilans kesehatan yang berfungsi dengan baik sangat diperlukan dalam Pembangunan Kesehatan guna mewujudkan evidence based decision making atau penetapan kebijakan berbasis bukti. Oleh karena itu, tenaga Epidemiolog termasuk Epidemiolog Lapangan sangat diperlukan dalam Pembangunan Kesehatan. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes dalam sambutannya saat membuka pertemuan, pada Selasa sore (20/8).

Lebih lanjut dr. Anung mengatakan bahwa pengalaman menunjukkan peran tenaga Epidemiolog Lapangan sangat penting dalam penanggulangan bencana, baik dalam tahap Pra Bencana, Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana. Dalam kejadian bencana di Nusa Tenggara Barat, Sulawalesi Tengah, Banten, dan Lampung tenaga Epidemiolog Lapangan telah didayagunakan dan telah berhasil menekan munculnya kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular. Selain itu, para Epidemiolog Lapangan ini juga telah berhasil memulihkan berfungsinya kembali sistem surveilans yang lumpuh akibat bencana.

Keadaan ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan bencana sangat penting dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan di Indonesia, dengan kualitas terbaik. Korban jiwa dan harta harus ditekan serendah mungkin. Selain itu morbiditas, mortalitas, dan disabilitas akibat kejadian penyakit, masalah kesehatan, dan KLB/ Wabah, terkait bencana, harus dapat dicegah dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Untuk mewujudkan kondisi ini, diperlukan berbagai tenaga ahli, termasuk epidemiolog lapangan. Selain itu, tenaga epidemiolog lapangan juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mewaspadai dan menyikapi kejadian bencana, ujar dr. Anung.

Beliau juga mengatakan bahwasannya saat ini hanya ada 2 perguruan tinggi/universitas yang mempunyai program FETP dan telah memasukkan manajemen bencana dalam kurikulumnya yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga. Perguruan tinggi/universitas lain dengan program FETP tentu perlu mempertimbangkan untuk memasukkan manajemen bencana dalam kurikulum FETP.

Untuk itu, kata dr. Anung pertemuan yang diselenggarakan setiap tahun ini sangatlah penting, karena merupakan forum diskusi para epidemiolog dan semua pihak yang bekerja di bidang penanggulangan penyakit untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman. Dalam forum ini berbagai hasil penelitian dapat didiseminasikan, perkembangan ilmu dan teknologi di bidang epidemiologi dapat disampaikan, dan jejaring dengan berbagai pemangku kepentingan dapat semakin diperkuat.

“Pada kesempatan yang baik ini, saya menghimbau kepada wakil-wakil jajaran perguruan tinggi, jajaran dinas kesehatan, PAEI, dan FETP agar dapat melakukan antisipasi kebutuhan tenaga epidemiologi yang meningkat dalam rangka menghadapi bencana yang datang tiba-tiba dan tidak terduga serta kedaruratan kesehatan masyarakat di masa yang akan datang, mendorong pemanfaatan tenaga epidemiologi lapangan dalam manajemen bencana, memperkuat kompetensi tenaga epidemiologi kesehatan dan epidemiologi lapangan dalam manajemen bencana, pendayagunaan tenaga epidemiolog lapangan sesuai dengan kompetensinya”, himbau dr. Anung di akhir sambutannya.

Kegiatan PIEN Ke-8 ini dilaksanakan dengan dibagi menjadi beberapa sesi, antara lain: 1) Pre Conference, dimana peserta kegiatan Pre Conference adalah para mahasiswa FETP. Dalam kegiatan ini mahasiswa menerima pengetahuan terbaru mengenai epidemiologi lapangan dalam pengurangan risiko bencana; 2) Sesi Pleno, narasumber sesi ini berasal dari Internasional, akademisi dan praktisi yang membahas tema Pengurangan Risiko Bencana, Surveilans, Investigasi KLB dan Survei; 3) Sesi Spesial Presentasi, sesi ini terdiri dari tiga narasumber yang akan membahas mengenai informasi dan perkembangan ilmu epidemiologi terbaru; 4) Sesi presentasi oral sebanyak 48 presenter yang di bagi dalam 12 sesi (setiap sesi 4 presenter) dimana setiap sesi dipandu oleh moderator dan dinilai oleh 3 juri presenter. Presenter berasal dari mahasiswa dan alumni yang telah diterima abstraknya untuk dipresentasikan dalam forum ini dan; 5) Sesi presentasi poster sebanyak 15 presenter dan masing-masing poster dinilai oleh dua juri. Presenter berasal dari mahasiswa dan alumni yang telah diterima abstraknya untuk dipresentasikan dalam bentuk poster dalam forum ini.

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >