Melalui Kegiatan Pekan Imunisasi Dunia 2025, Generasi Sehat Imunisasi Lengkap Indonesia Emas

bagikan artikel ini :

Jakarta, 21 Maret 2025

Pekan Imunisasi Dunia (PID) yang diprakarsai oleh World Health Assembly (WHA) sejak 2012, diperingati setiap tahunnya sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi bagi tercapainya generasi Indonesia yang sehat di setiap siklus kehidupan. Tema global PID 2025 yang diangkat tahun ini adalah “Immunization for All is Humanly Possible”. Sedangkan tema nasional adalah “Ayo Lengkapi Imunisasi, Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas”, sebagai wujud komitmen untuk mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan merata.

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling cost-effective dalam mencegah penyakit dan menyelamatkan 3,5 hingga 5 juta nyawa setiap tahun dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Hal ini disampaikan oleh dr. Prima Yosephine, MKM, Direktur Imunisasi, mewakili Plt. Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit, drg. Murti Utami, MPH, dalam Pertemuan Jurnalis Pekan Imunisasi Dunia 2025 di Jakarta.

Sebagai langkah preventif yang efisien, imunisasi menjadi kunci dalam penguatan layanan kesehatan primer dan pengendalian kejadian luar biasa (KLB) PD3I. “Namun, manfaat imunisasi belum sepenuhnya diterima oleh sebagian masyarakat,” ujar Prima.

Data WHO tahun 2023 mencatat bahwa 14,5 juta anak di dunia tidak mendapatkan imunisasi (zero dose), dengan Indonesia menempati posisi keenam tertinggi, yaitu 1.356.367 anak tidak menerima imunisasi dasar pada periode 2019-2023.

Faktor yang menjadi penyebabnya adalah 38% orang tua menolak imunisasi karena suntikan ganda, jadwal yang tidak sesuai (18%), dan kekhawatiran terhadap efek samping (12%) (Studi Nielsen – UNICEF Q3 2023). Selain itu 47% anak tidak diimunisasi karena tidak diizinkan keluarga, 45% karena takut efek samping, 23% tidak mengetahui jadwal imunisasi, dan 22% menganggap imunisasi tidak penting (Survei Kesehatan Indonesia 2023).

Faktor lainnya yaitu kurangnya pemahaman masyarakat mengenai manfaat imunisasi, dan penyebaran hoaks dan informasi yang keliru tentang imunisasi.

“Jika anak-anak tidak segera mendapatkan imunisasi kejar, maka risiko terjadinya KLB PD3I akan semakin besar,” tegas Prima. Sebagai solusi, pemerintah meluncurkan inovasi Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI) untuk meningkatkan cakupan imunisasi secara serentak di seluruh pos layanan imunisasi.

Ketua Pokja Imunisasi Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Hartono Gunardi, menekankan bahwa imunisasi adalah bagian dari empat pilar utama perkembangan optimal anak: asuh (nutrisi dan perawatan kesehatan), asih (kasih sayang), asah (stimulasi otak), dan imunisasi (perlindungan dari penyakit berbahaya).

“Meski lingkungan tampak bersih dan bayi tampak sehat, imunisasi tetap diperlukan untuk perlindungan jangka panjang. Ini adalah investasi bagi generasi masa depan,” kata Hartono.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Arif Fahrudin, menegaskan bahwa imunisasi sejalan dengan prinsip Islam yang berorientasi pada kemaslahatan dan pencegahan bahaya (madharat). Berdasarkan Fatwa MUI Nomor 04 Tahun 2016 tentang Imunisasi

Peran Media dalam Meningkatkan Kesadaran Menurut Prima, media memiliki peran krusial dalam meluruskan persepsi masyarakat dan menangkal hoaks terkait imunisasi.“Kami berharap media dapat membantu mempromosikan PID 2025, menyebarluaskan informasi yang benar, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi,” katanya.

Sejalan dengan itu, Team Leader for Risk Resilience and Governance a.i. United Nations Development Programme (UNDP), Siprianus Bate Soro, menegaskan bahwa hoaks dan misinformasi menjadi hambatan utama dalam meningkatkan cakupan imunisasi. “Kita harus bersama-sama memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang akurat dan terpercaya,” ujarnya.

Dengan sinergi pemerintah, masyarakat, dan media, imunisasi dapat menjadi bagian penting dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045—demi generasi yang lebih sehat, kuat, dan terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah.

Berikut jadwal imunisasi rutin sesuai rekomendasi:

  • Usia < 24 jam: Hepatitis B (HB0)
  • Usia < 1 bulan: BCG, OPV1
  • Usia 2 bulan: DPT-HB-Hib1, OPV2, PCV1, RV1
  • Usia 3 bulan: DPT-HB-Hib2, OPV3, PCV2, RV2
  • Usia 4 bulan: DPT-HB-Hib3, OPV4, IPV1, RV3.
  • Usia 9 bulan: Campak-Rubella, IPV2
  • Usia 10 bulan: JE (hanya di daerah endemis)
  • Usia 12 bulan: PCV3
  • Usia 18 bulan: Campak-Rubella 2, DPT-HB-Hib 4
  • Kelas 1: Campak-Rubella, DT
  • Kelas 2: Td
  • Kelas 5: Td, HPV (hanya untuk anak perempuan)
  • Kelas 6: HPV (hanya untuk anak perempuan)
  • WUS: Td (lengkap s.d. T5 setelah skrining)
  • Remaja, Dewasa, dan Lansia: COVID-19 (remaja dengan obesitas berat, **dewasa dengan komorbid). (ADT/IWS)

Berita Terkait