Bandung, 1 November 2024 – Hari ini, Bandung menjadi tuan rumah Acara Puncak Hari Stroke Sedunia 2024 yang dihadiri oleh sekitar 500 peserta, termasuk masyarakat umum, aparatur sipil negara (ASN), dan penyintas stroke. Acara ini diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran tentang pencegahan stroke melalui gaya hidup sehat.
Tema global tahun ini, Be Greater Than Stroke, diimbangi dengan tema nasional Ayo Melangkah! Kalahkan Stroke: Mulai dari Diri Sendiri. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perubahan gaya hidup, pengelolaan faktor risiko, dan deteksi dini dalam pencegahan stroke.
Acara diawali dengan senam bersama, diikuti oleh skrining risiko stroke bagi kelompok berisiko tinggi, yaitu penyandang diabetes dan hipertensi di atas usia 40 tahun. Tenaga kesehatan dari 10 Puskesmas di Kota Bandung turut berperan dalam pemeriksaan profil lipid. Acara ini turut di hadiri oleh Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Yudhi Pramono, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung serta sejumlah pejabat kesehatan dari provinsi dan kota, narasumber, dan masyarakat umum.
Dalam sambutannya, dr. Yudhi Pramono menyampaikan keprihatinan atas tingginya angka kejadian stroke di Indonesia, yang mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Menurutnya, stroke menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas, dengan biaya pengobatan yang mencapai 5,2 triliun rupiah pada tahun 2023. “Setiap tiga detik, satu orang di dunia terkena stroke. Ini merupakan ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat kita,” ungkapnya. Beliau pun menjelaskan bahwa melakukan aktivitas fisik selama 30 menit, lima kali seminggu, dapat menurunkan risiko stroke hingga 25%. “Penting bagi kita untuk peduli pada kesehatan diri sendiri dan melakukan langkah pencegahan yang efektif,” tambahnya.
Dalam sesi selanjutnya, diadakan talkshow kesehatan dengan narasumber dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), dan Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI). Diskusi ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai langkah-langkah pencegahan stroke dan pentingnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan.
Acara ini juga menjadi platform untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, organisasi profesi, dan masyarakat dalam upaya penanggulangan stroke. Kementerian Kesehatan Indonesia telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan deteksi dini dan penanganan stroke melalui layanan primer dan jejaring rumah sakit.
Sebagai penutup, dr. Yudhi berharap agar momentum peringatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya stroke dan pentingnya pencegahan. “Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk hidup sehat dan mencegah stroke mulai dari diri kita sendiri,” ajaknya. (SSH/INK)