Tim Bidang Kesehatan Ditjen P2P Kemkes RI Turun Pantau Langsung Dampak Kesehatan Pengungsi Pasca Gempa Lombok

Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diterjang gempa dengan kekuatan yang cukup besar dan dapat berpotensi terjadinya tsunami. Gempa pertama kali terjadi, pada 29 Juli 2018 pada pukul 05.47 WIB dengan kekuatan 6,4 SR di kedalaman 10 km. Gempa susulan terjadi pada 5 Agustus 2018 pada pukul 18.46 WIB dengan kekuatan 7 SR di kedalaman 10 km dan gempa ketiga terjadi pada 9 Agustus 2018 pukul 12.25 WIB dengan kekuatan 6,2 SR di kedalaman 12 km. Gempa terakhir dengan kekuatan besar terjadi dua kali pada 19 Agustus 2018 dengan kekuatan 6,5 SR terjadi pada pukul 11.10 WIB dan gempa kekuatan 7,0 SR pada pukul 21.56 WIB.

Adapun wilayah yang terdampak gempa yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Kota Mataram, Kabupaten Sumbawa Barat, dan Kabupaten Sumbawa. Akibat gempa yang terjadi 559 orang meninggal dunia, 2.257 orang luka berat, 36.662 orang luka ringan dan 373.329 jiwa mengungsi.(sumber : satgas PDB lombok dan Dinkes Prov NTB per 23 Agustus 2018)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Akibat Gempa terjadi di lombok dampak kesehatan bagi para pengungsi pun perlu di perhatikan dimana upaya-upaya yang dilakukan Bidang Kesehatan untuk menangani para pengungsi gempa lombok pasca gempa adalah salah satunya di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dimana pada 28 – 31 Agustus 2018, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes RI menurunkan Tim Pemantau Bidang Kesehatan untuk memantau secara langsung di lapangan pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi para pengungsi bencana gempa lombok dan mencegah terjadinya potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit. Adapun 5 penyakit terbanyak yang perlu di waspadai berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinis Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu ISPA (1.798 kasus), Demam (530 kasus), Diare Akut (406 kasus), Hipertensi (385 kasus), Cidera Ringan (327 kasus). (Sumber : Dinkes Prov NTB per 23 Agustus 2018)

Tim beranggotakan dari Subdit Surveilans, Imunisasi, Infeksi Emerging, Malaria, Arbovirosis, Vektor, TB, ISPA, HISP, Kesehatan Jiwa, dan Sekretariat Ditjen P2P, KKP Denpasar, KKP Mataram dan BBTKLPP Surabaya. Dimana tim melakukan peninjauan lapangan di wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, Kota Mataram, Lombok Utara dan Lombok Timur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan yang dilakukan tim di lapangan, antara lain penilaian potensi KLB, penilaian potensi KLB Campak, penilaian vaksin dan cold chain, imunisasi Td bagi relawan, upaya Pengendalian Penyakit Malaria, DBD, Vektor, TB, ISPA, Diare penilaian BHP dan Sarpras Malaria, penilaian obat Tuberkulosis (TB), intervensi farmakologik dan non farmakologik keswa, penilaian dan upaya penghapusan Barang Milik Negara (BMN).

Pelaksanaan imunisasi yang diberikan setelah seminggu pasca bencana untuk mencegah penyebaran virus dan mengenai vaksin imunisasi di pusatkan di satu titik yang di jadikan posko dari tim puskesmas. Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan lainnya adalah melakukan pengamatan surveilans SKDR, melihat sejauh mana sarana prasarana yang rusak, seperti gedung dan mesin pendingin vaksin/cold chain dan lain-lain, upaya pengendalian penyakit DBD seperti foging dan larvasida, melakukan intervensi vektor dan pengendalian vektor dampak dari bencana gempa lombok, psiko sosial kesehatan jiwa bagi petugas kesehatan, relawan dan dari masyarakat yang terkena dampak gempa lombok, inventarisasi obat-obatan yang masih tersedia dan sarana prasarana RS dan Puskesmas, verifikasi kasus khususnya pneumonia balita, memastikan pengobatan TB dan Kusta simultan berjalan baik, konfirmasi soal koordinasi dengan BPBD sehubungan dengan Dana Siap Pakai (DSP).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan hasil pemantauan tim di lapangan telah ditemukan kasus Malaria pada pengungsi di Bukit Tinggi Lombok Barat yang telah di konfirmasi dimana ditemukan 18 pasien postif malaria (16 dewasa, 1 ibu hamil, 1 balita), namun sudah dilakukan pengobatan dengan Artemisinin Combination Therapy (ACT). Selain itu ditemukan juga kasus suspek Varicella sebanyak 39 kasus yang sudah di tangani oleh fasyankes setempat.

Penemuan Kasus ISPA/Pneumonia yang masih cukup tinggi, untuk itu sebagai upaya pengendalian penularannya yang tinggi perlu dilakukan distribusi masker yang cukup di tenda tenda pengungsian karena kondisi udara di lokasi pengungsian sangat berdebu dan sekali-kali disertai dengan tiupan angin kencang. Selain itu, adanya Kasus Dehidrasi ringan dan sedang masih cukup tinggi, untuk itu sebagai Upaya pengendalian penularan Kasus Diare dan keracunan, perlu pemeriksaan sanitasi makanan dan Air yang berasal dari droping ,melalui pengambilan sampel untuk pemeriksaan bakteriologi dan fisik makanan dan sumber air minum secara rutin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pelayanan imunisasi rutin dan sistem pelaporan surveilans sudah berjalan di PKM terdampak, tersebar di 8 PKM di Kabupaten Lombok Utara (PKM Nipah, Pemenang, Tanjung, Kayangan, Santong, Gangga, Senaru, Bayan) dan 3 PKM di Kab. Lombok Timur (PKM Sembalun, Belanting, Sambelia) serta Kab Lombok Barat. Pelayanan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan – 15 Tahun dilokasi pengungsian sesuai komitmen Kadinkes Kabupaten Lombok Utara yang mulai dilaksanakan pada tanggal 3 September 2018, sedangkan di Kabupaten Lombok Barat sudah berjalan sejak tanggal 28 Agustus 2018.

Rekomendasi pelaksanaan imunisasi Td (untuk mencegah difteri dan Tetanus) bagi seluruh relawan dan masyarakat bersiko pasca bencana gempa sudah mulai dilaksanakan tanggal 30 Agustus 2018 antara lain Puskesmas Tanjung dengan cakupan 17 orang, Puskesmas Nipah 12 orang di Kab lombok Utara, sedangkan kabupaten terdampak lainnya akan dilaksanakan bersamaan dengan imunisasi MR di titik lokasi pengungsian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil pengamatan penyakit pasca bencana di pelayanan kesehatan wilayah puskesmas Kabupaten Lombok utara yakni : PKM. Bayan, PKM. Kayangan, PKM. Nipah, PKM. Santong, PKM. Pemenang, PKM. Gangga, PKM. Senaru, PKM. Tanjung, jumlah penderita seluruhnya dari tanggal 5 – 30 Agustus 2018 jam 12 WITA berjumlah : 26.387 penderita. Jumlah yang dirujuk 423 orang.

Hasil observasi keberadaan vektor pada lokasi tenda pengungsian warga terdampak gempa/tenda darurat puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara banyak ditemukan potensial breeding habitat nyamuk Aedes sp. seperti ban bekas, limbah aqua gelas/botol, ember/drum penampungan air yang tidak terpakai, yang memungkinkan akan menampung air saat hujan turun, sehingga diperlukan manajemen pengelolaan sampah/limbah domestik yang baik dan efektif untuk meminimalisir potensi perindukan nyamuk. Potensi penyakit tular vektor seperti Demam Berdarah dan Malaria cukup tinggi karena habitat untuk kedua spesises nyamuk yang menularkan penyakit tersebut ada. Sehingga perlu pemantauan/surveilans vektor secara terus menerus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selain itu, terpantau kepadatan lalat yang cukup tinggi di beberapa titik tenda pengungsian warga karena adanya penumpukan sampah dan sisa-sisa makanan basah yang belum sempat terangkut/terurai sehingga mengundang lalat untuk datang dan berkembangbiak di tempat tersebut. Hal ini jika terlalu lama dibiarkan bisa menjadi potensi untuk penularan water/food borne diseases melalui vektor mekanik lalat/kecoa seperti munculnya penyakit diare maupun disentri yang berkorelasi positif dengan meningkatnya penyakit tular vektor lalat pasca gempa. Oleh karena itu, diperlukan intervensi segera berupa “spraying lalat” untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit tular vektor lalat dengan menurunnya tingkat kepadatan lalat di lokasi tenda pengungsian warga maupun tenda darurat puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara . Untuk mengurangi kepadatan lalat perlu adanya koordinasi lintas sektoral untuk menangani keberadaan sampah pada lokasi pengungsian. Sampah yang ada di lokasi perlu dilakukan pengangkutan setiap hari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Petugas puskesmas yang juga bagian dari masyaratkat korban gempa bumi sangat diperlukan skrining lebih lanjut serta adanya pendampingan dan dukungan psikologis masalah kesehatan jiwa dan Psikososial pada daerah terdampak lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pelayanan kesehatan pada pengungsi gempa lombok dapat berjalan dengan baik, obat-obatan cukup tersedia dan beberapa sarana-prasarana yang berhasil di amankan dari gempa masih dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan bagi para pengungsi dan SDM kesehatan baik dari petugas kesehatan di RS, Puskesmas, Relawan dan Nusantara Sehat (NS) juga tersedia walaupun masih kurang dari cukup untuk membantu penanganan kesehatan bagi para pengungsi gempa lombok. Sedangkan untuk bangunan Puskesmas dan Rumah Sakit di lokasi bencana beberapa mengalami kerusakan dan kehancuran sehingga tidak dapat berfungsi sebagai pelayanan kesehatan sehingga dibuat tenda-tenda darurat sebagai RS Lapangan untuk pelayanan kesehatan bagi para pengungsi gempa lombok.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Di kesempatannya, tim juga menyerahkan bantuan logistik kepada Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), antara lain berupa 50 paket Family Higyene Kit, 1000 lembar Polybag Sampah, 300 pcs Rapid Diagnostic Test (RDT), 5000 pcs Masker, dan 200 lembar Media KIE berbentuk Kipas.

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >