Temukan Secara Dini Kasus Hepatitis dengan Deteksi Dini dan Pengobatan Hepatitis

Dalam rangka memperingati Hari Hepatitis Sedunia yang Ke -13 Tahun 2022 Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit melakukan serangkaian kegiatan yang diawali dengan kegiatan Deteksi dini dan Seminar Hepatitis yang dilaksanakan secara daring dan luring di Yogyakarta pada tanggal 13 Juli 2022. Adapun tema nasional yang diangkat pada peringatan tahun ini adalah “Mendekatkan Akses Pengobatan Hepatitis Karena Hepatitis Tidak Dapat Menunggu”. Tema ini sejalan dengan tema global yaitu Bringing Care Closer to You – Hepatitis Cant Wait.

World Hepatitis Day atau Hari Hepatitis Dunia jatuh pada tanggal 28 Juli setiap tahunnya. Hal ini diprakarsai Indonesia dan hasil dari Resolusi dalam sidang Majelis Kesehatan Dunia atau World Health Assembly (WHA) ke-63 tahun 2010 yang menyerukan agar semua negara di dunia melakukan penanggulangan hepatitis secara komprehensif, mulai dari pencegahan sampai pengobatan, meliputi berbagai aspek termasuk pengendalian dan penelitian, serta menjadikan Resolusi tersebut menjadi momentum untuk meningkatkan perhatian, kepedulian masyarakat terhadap masalah virus hepatitis di dunia dan di Indonesia.

Virus hepatitis merupakan beban penyakit yang besar di dunia, termasuk di Indonesia. Riskesdas Tahun 2013 menunjukan prevalensi virus hepatitis B di Indonesia berkisar 7,1 persen atau sekitar 18 juta, dan virus hepatitis C berkisar 1,01 persen atau sekitar 2,5 juta. Virus Hepatitis sangat infeksius, terutama Hepatitis B dan C yang dapat menyebabkan sirosis hati, dan kanker hati bahkan kematian.

Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS dikesempatannya saat membuka secara daring Seminar Hari Hepatitis Sedunia Ke-13 Tahun 2022 di Yogyakarta.

Selain itu, Dirjen Maxi mengatakan penyebaran virus Hepatitis B mempunyai karakteristik sendiri dimana penularan vertikal dari ibu ke anak sangat tinggi. Jika bayi terinfeksi pada usia sangat dini akan mengakibatkan komplikasi berupa sirosis dan kanker hati pada usia yang masih muda.

Melihat permasalahan diatas saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan seluruh Dinas Kesehatan beserta jajarannya memprioritaskan program pengendalian virus hepatitis pada upaya pencegahan, pemutusan rantai penularan dan deteksi dini, tanpa mengurangi upaya pengobatannya. Program pengendalian yang dilakukan adalah meningkatkan upaya promosi kesehatan, dan upaya pencegahan dengan Imunisasi bagi semua bayi yang lahir di Indonesia, ungkap Dirjen Maxi.

Sejak tahun 2017 program Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir harus dilakukan saat bayi usia <24 jam dan dilanjutkan dengan imunisasi rutin HB1 pada usia 2 bulan, HB2 pada usia 3 bulan, dan HB3 pada usia 4 bulan. Sedangkan deteksi dini Hepatitis B (DDHB) pada Ibu Hamil, dan pemberian Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) <24 jam harus dilakukan pada bayi lahir dari ibu yang reaktif Hepatitis B.

“Sehingga saya berharap dengan model pengendalian ini bisa memutuskan penularan Virus Hepatitis B dari ibu ke anak sampai dengan 95%,” ujar Dirjen Maxi

Dirjen Maxi menambahkan saat ini memang belum ada vaksin yang efektif untuk melawan virus Hepatitis C akan tetapi sudah ada obat antivirus yang dapat menyembuhkan lebih dari 95% orang dengan infeksi Hepatitis C yaitu dengan pengobatan Direct Acting Antiviral (DAA) yang diberikan secara oral. Penegakan diagnosisnya juga sudah dapat menggunakan Mesin Test cepat melekuler “TCM”, dimana harganya jauh lebih murah dibandingkan mesin konvensional.

Pengobatan Hepatitis C dengan DAA saat ini bisa diakses di 51 Rumah Sakit yang tersebar di 25 Provinsi. dan kami optimis sebelum tahun 2024 seluruh Provinsi minimal sudah memiliki 1 (satu) Rumah sakit layanan Hepatitis C dengan Pengobatan DAA, ungkap Dirjen Maxi

Dikesempatannya Dirjen Maxi mengajak kepada seluruh peserta Seminar untuk: 1) Selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah Hepatitis; 2) Ibu hamil segera periksa Hepatitis B; 3) Berikan imunisasi Hepatitis B secara lengkap dan tepat waktu pada bayi untuk memberikan perlindungan dari Hepatitis B; 4) Temukan secara dini kasus hepatitis dengan program deteksi dini Hepatitis B dan C; 5) Tangani segera infeksi hepatitis dengan melakukan tatalaksana atau pengobatan secara tepat sesuai anjuran dokter hingga sembuh dan virus terkontrol sehingga tidak menularkan ke orang lain, dan; 6) Kita bersama-sama lakukan upaya pencegahan dan pengendalian secara dini dan tepat sehingga hepatitis dapat dieliminasi.

Adapun beberapa narasumber pada Kegiatan Seminar Hepatitis tersebut, antara lain Plt. Direktur P2PM dr. Tiffany Tiara Pakasi dengan materi Program Hepatitis di Indonesia, Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi RSUP Dr. Sardjito dr. Fahmi Indiarti, SpPD, KGEH dengan materi Pencegahan dan Pengobatan Hepatitis B dan C, KSM Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Dr. dr. Neneng Ratnasari, SpPD, KGEH, FINASIM dengan materi Pencegahan dan Penularan Hepatitis Virus B dari Ibu ke Anak. Selain itu adapula testimoni pasien pengobatan Hepatitis C dan Ibu Penderita Hepatitis B serta pemeriksaan Deteksi Dini Hepatitis B dan C. (Adt/Clys)

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >