Seminar HKJS 2019 : Jiwa Sehat Negara Kuat

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) diperingati setiap tahunnya pada tanggal 10 Oktober. Tahun 2019 ini tema yang diusung pada peringatan HKJS adalah Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri, sedangkan untuk sub temanya Sehat Jiwa dimulai dari Diri, Keluarga dan Masyarakat. Tema ini sejalan dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga atau yang dikenal dengan PIS-PK dan juga sejalan dengan kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat atau yang kita kenal dengan GERMAS.

Dalama rangka memperingati HKJS tahun 2019, Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MAKESWA dan NAPZA) Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P), pada (10/10) menyelenggarakan Seminar dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Kantor Kemenkes RI Jakarta. Narasumber pada seminar tersebut adalah profesi dan praktisi yang telah bergelut di bidang kesehatan jiwa dan juga beberapa penulis dari buku jiwa sehat negara kuat.

Seminar yang dihadiri Kurang lebih sekitar 200 orang yang berasal dari kementerian dan lembaga, lintas program Kementerian Kesehatan, organisasi masyarakat, perwakilan Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit yang ada di Jabodetabek, praktisi akademisi, dan mitra lembaga, serta swadaya masyarakat yang terlibat dalam kesehatan jiwa ini merupakan salah satu rangkaian dalam kegiatan HKJS tahun 2019.

Dalam laporannya Direktur P2MAKESWA dan NAPZA, Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ, MPH mengatakan seminar ini merujuk pada pembahasan mengenai buku yang berjudul jiwa sehat negara kuat yang merupakan masa depan layanan kesehatan jiwa di Indonesia hasil kolaborasi lebih dari 40 penulis yang melibatkan berbagai macam multidisiplin untuk menyumbangkan pemikiran mereka terhadap masa depan layanan kesehatan jiwa di Indonesia yang masih terus harus diperjuangkan.

Lanjut dr. Fidiansjah, kalau kita sering mendengarkan lagu Indonesia Raya yang baitnya menekankan Indonesia terwujud karena bangunlah jiwanya, bangunlah badannya dalam semangat untuk mewujudkan betul-betul negara kita menjadi negara yang kuat dan negara yang adil makmur, maka rencana pembangunan lima tahun kedepan telah meletakkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan prioritas pemerintah untuk bisa memperhatikan hal ini sebagai langkah yang strategis, tentu tidak cukup hanya sumber daya manusia sehat dari segi fisik atau raganya saja, tapi bagaimana pemulihan jiwa sumber daya manusia ini juga bisa dibangun menjadi satu kesatuan yang utuh.

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan di dunia termasuk Indonesia, beban masalah kesehatan jiwa terus meningkat, kesehatan dan konsekuensi sosial masalah perekonomian di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh baik dari pemerintah tingkat pusat maupun daerah, serta perhatian seluruh komponen masyarakat,

Demikian sambutan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Anung Sugihanto, M.Kes yang disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Kemenkes RI, dr. Slamet, MHP saat membuka Seminar dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2019.

Informasi dari human rights watch report, Indonesia dinilai belum memadai dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dan jaminan hak orang dengan gangguan jiwa belum dapat diwujudkan secara optimal sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas sumber daya manusia.

Upaya ini, kata dr. Anung terus didorong oleh pemerintah pusat maupun daerah untuk menyediakan pelayanan kesehatan jiwa khususnya perubahan yang ada di masyarakat sesuai dengan amanat undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa dimana pemerintah pusat dan daerah wajib memberikan pelayanan kesehatan terintegrasi secara komprehensif dan berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan manusia, melalui upaya-upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Pembangunan kesehatan saat ini menuju ke arah pengembangan upaya kesehatan yang bersifat kuratif bergerak ke arah kesehatan promotif dan preventif sesuai dengan kebutuhan dan tantangan kesehatan. Diperlukannya upaya kesehatan promotif dan preventif agar pembangunan kesehatan dapat lebih efektif dalam menghadapi tantangan terkait isu-isu kesehatan jiwa, sehingga gangguan jiwa bisa dicegah dan dikenali tanda-tandanya serta memberi bantuan kepada penderita seawal mungkin seperti halnya masalah fisik pada kesehatan, ujar dr. Anung dalam sambutannya

Selain itu, kata dr. Anung upaya promotif, preventif kesehatan jiwa diharapkan dapat juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar berperilaku sehat, sehingga diharapkan berdampak pada kesehatan yang terjaga dan tercipta lingkungan yang bersih. Jika dalam kondisi sehat produktivitas masyarakat tentu akan meningkat dan biaya yang dikeluarkan untuk masyarakat berobat itu bisa ditekan.

“Untuk itu, saya mengajak kerjasama seluruh program dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat indonesia yang lebih kuat,” ajak dr. Anung

Pembangunan Indonesia lima tahun kedepan adalah pembangunan sumber daya manusia, momentumnya adalah pada periode 2020-2024 yang akan datang Indonesia berada pada puncak periode di mana yang sering kita dengar bonus demografi dengan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan menggunakan cara-cara baru, maka bonus demografi menjadi bonus loncatan untuk kemajuan bangsa makin ketat di berbagai bidang yang membutuhkan kualitas SDM yang tepat, berbudi pekerti luhur, berkarakter kuat, dan yang menguasai keterampilan pengetahuan, serta mampu menyokong kehidupan yang lebih baik, budaya bangsa dengan memperjuangkan kepentingan nasional, dan tanggap terhadap perubahan ruang yang terjadi secara Global di masyarakat, serta lembaga pendidikan yang menempati peran sentral dalam konteks untuk membimbing anak-anak atau generasi berikutnya.

Hal ini, kata dr. Anung tidak lepas dari pola asuh yang diterapkan sejak berangkat dari usia dini di dalam keluarga mencetak SDM yang pintar yang harus didahului oleh SDM yang kuat dan sehat. Bukan hanya secara fisik tapi juga mental dan sosial kesehatan dengan pemanfaatan teknologi dan pembangunan infrastruktur dasar yang harus diperluas ke seluruh pelosok nusantara agar betul-betul bisa mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya, kualitas kesehatan juga harus ditingkatkan dengan pengembangan Inovasi dan budaya hidup sehat.

Di akhir sambutannya dr. Anung mengatakan agar peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini dapat menjadi sebuah momentum untuk berbagi dan menguatkan komitmen dalam meningkatkan tekad dan semangat kita semuanya dalam pengendalian masalah kesehatan jiwa. Selain itu, beliau juga mengajak para profesional, mitra kerja dan LSM di bidang kesehatan jiwa untuk mendukung dan meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia serta bekerja sama dalam mewujudkan kesehatan jiwa yang optimal untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Beberapa paparan narasumber pada Seminar dalam rangka HKJS tahun 2019, antara lain: 1) paparan Direktur P2MAKESWA dan NAPZA, dr.Fidiansjah yang membahas terkait Kebijakan Direktorat P2MAKESWA dan NAPZA untuk Meningkatkan Kesehatan Mental di Indonesia; 2) paparan Kepala Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Balitbangkes, Irwansyah yang membahas terkait buku Jiwa Sehat Negara Kuat;3) DR. Novy H.C Daulima, SKP.,MSC yang membahas terkait Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat dan; 4) Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ yang membahas terkait Tantangan Pencegahan Bunuh Diri Remaja dalam Menghadapi Visi SDM Unggul dan Generasi Emas 2045.

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >