Rakerkesnas 2019 : Kemenkes Targetkan Untuk Tingkatkan Cakupan Kesehatan Semesta (UHC).

Pada 11 – 14 Februari 2019 sebanyak 1.948 orang yang terdiri dari peserta Kemenkes, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Vertikal Kemenkes, peserta Daerah (Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota seluruh Indonesia), Lintas Sektor/Lintas Program, Swasta, serta organisasi masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan, berkumpul untuk melakukan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) Tahun 2019.

Pada Rakerkesnas kali ini ada 8 Side event dalam 8 kelompok untuk membahas issue kesehatan dengan melibatkan peran aktif peserta pertemuan dengan tema antara lain Angka Kematian Ibu/AKI — Angka Kematian Neonatal/AKN, Penyakit Tidak Menular (PTM), Stunting, Imunisasi, Tuberkulosis (TB), digital health/e-health, kesiapan menghadapi bencana (pra dan post), pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan obat, Jaminan Kesehatan Nasional/JKN (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/FKTP dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut/FKRTL) dan community engagement.

Kegiatan Rakerkesnas Tahun 2019 dengan tema Kolaborasi Pusat dan Daerah Dalam Penguatan Pelayanan Kesehatan Menuju Cakupan Kesehatan Semesta diawali dengan Pra Rakernas yang diisi dengan materi Evaluasi Kinerja Pembangunan Kesehatan dan Laporan Perkembangan Hasil Rakernasnas 2018; Evaluasi PISPK, Evaluasi Pelaksanaan Program Dekonsentrasi dan DAK dalam Program dalam Anggaran Kesehatan; Dialog dan Komitmen Menkes dan Eselon 1 dengan dengan para peserta mengangkat tema PTM AKI dan AKN, serta sarasehan Revitalisasi Saka Bakti Husada.

Rakerkesnas 2019 secara resmi dibuka oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada (12/2). Dalam sambutannya beliau menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia sebagai penunjang kesehatan masyarakat. Menurutnya, Indonesia akan sulit bersaing dengan negara lain selama permasalahan kesehatan seperti stunting masih tinggi. Karena kesehatan adalah hal mendasar. Apalagi, jika Indonesia ingin bersaing dengan negara lain.

Namun di sisi lain, Presiden mengapresiasi dan berterimakasih pada pihak-pihak yang berjuang dalam menurunkan angka stunting. Dia mengungkapkan, saat ini angkanya sudah turun ke 30 persen. Selain itu juga beliau meminta kepada pihak-pihak terkait seperti dinas kesehatan untuk terus menangani masalah stunting di daerahnya.

Adapun berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 Kemenkes, angka stunting turun dari 37,2 persen di 2013 menjadi 30,8 persen di 2018. Presiden berharap, angka ini nantinya bisa terus diturunkan.

Selain itu, pada acara pembukaan Rakerkesnas Tahun 2019 di Tangerang, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan dalam sambutannya bahwa sesuai dengan tema Rakerkesnas tahun ini untuk menuju cakupan kesehatan semesta, maka dibutuhkan tenaga, kolaborasi Pusat dan Daerah dalam Penguatan Pelayanan Kesehatan Menuju Cakupan Kesehatan Semesta.

Lanjut menkes, cakupan kesehatan semesta bukan hanya pencapaian jumlah orang yang dicakup oleh JKN, melainkan suatu rangkaian upaya yang holistik, strategis, dan integral dari semua upaya pembangunan kesehatan pada seluruh tahapan siklus kehidupan manusia.

“UHC atau Universal Health Coverage bertumpu pada upaya promotif, preventif termasuk pengendalian penyakit serta pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif dengan mengarusutamakan pelayanan kesehatan primer yang berkualitas,” kata menkes

Dalam Sidang Executive Board 144 tahun 2019, telah disepakati WHO 13th General Program of Work untuk mencapai target kesehatan pada tahun 2023 oleh semua negara anggota WHO, termasuk Indonesia. Target-target tersebut mencakup satu milyar orang mendapatkan manfaat Universal Health Coverage (UHC), satu milyar orang lebih terlindungi dari kedaruratan kesehatan, dan satu milyar orang menikmati hidup yang lebih baik dan sehat.

Pemerintah bersama masyarakat berkomitmen untuk mencapai Cakupan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage) agar semua orang memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu tanpa hambatan finansial.

Saat ini ada salah pengertian, seakan-akan cakupan kesehatan semesta sama dengan cakupan kepesertaan semesta dan bila seluruh penduduk Indonesia telah menjadi peserta JKN maka cakupan kesehatan semesta dianggap telah tercapai.

Sebenarnya, cakupan kesehatan semesta telah tercapai kalau masyarakat telah menjadi peserta JKN dan seluruh penduduk sudah memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, baik upaya promotif, preventif, deteksi dini, pengobatan, rehabilitative dan paliatif tanpa terkendala masalah biaya. Jadi jauh lebih kompleks dari sekedar kepesertaan JKN.

“Cakupan kesehatan semesta juga sangat berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang mentargetkan bahwa pada tahun 2030 tidak satupun orang yang tidak menikmati hasil pembangunan berkelanjutan (no one is left behind),” kata Menkes.

Di kesempatan yang sama Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes sebagai salah satu narasumber pada kegiatan Pleno Rakerkesnas 2019 yang membahas topik terkait Upaya Akselerasi Penurunan Prevalensi PTM menyampaikan beberapa poin kesimpulan dalam presentasinya antara lain bahwasanya :1) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dilakukan melalui intervensi pada faktor resiko di seluruh siklus kehidupan; 2) Fokus faktor resiko yang perlu intervensi adalah perilaku makan, perilaku aktivitas fisik, merokok dan minum alkohol, serta perilaku pemeriksaan kesehatan secara dini (skrining); 3) Pelibatan lintas sektor dan masyarakat menjadi faktor kunci dalam penyelesaian persoalan yang dihadapi: dan 4) Dinas Kesehatan perlu mendorong penerapan HiAP (Health in All Policies).

Hasil dari Rakerkesnas tahun ini adalah munculnya target Kemenkes yakni meningkatkan cakupan kesehatan semesta (UHC).

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >