Puncak HKJS 2019 : Kesehatan Mental yang Tak Terlihat

Rangkaian kegiatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) pada tahun 2019 telah dilaksanakan, sebagai penutup rangkaian kegiatan Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2 Makeswa), Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) bekerjasama dengan Epicentrum Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung menyelenggarakan Puncak Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2019, pada (31/10) di Gedung Sate, Kantor Gubernur Jawa Barat.

Tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2019 adalah Promosi Kesehatan Jiwa bagi Individu Keluarga dan Masyarakat Khususnya dalam Upaya Pencegahan Bunuh Diri. Sedangkan subtemanya adalah Sehat Jiwa Dimulai Dari Diri, Keluarga, dan Masyarakat.

Kegiatan ini merupakan momentum yang baik untuk mempromosikan kesehatan jiwa kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini pemahaman masyarakat akan semakin meningkat, dengan demikian akan mengurangi stigma tentang kesehatan jiwa dan orang dengan gangguan jiwa. Selain itu melalui kegiatan ini juga akan meningkatkan rasa percaya diri rehabilitant untuk berkarya dan berkontribusi di masyarakat, meningkatkan produktivitas rehabilitant dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap orang lain.

Direktur P2 Makeswa, Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ., MPH dalam laporannya mengatakan kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kepedulian dari lintas program dan lintas sektor, serta masyarakat pada umumnya agar memahami tentang masalah kesehatan jiwa terutama khususnya adalah pencegahan bunuh diri yang merupakan tanggung jawab semua pihak.

Lanjut dr. Fidiansjah, maka dari itu tema The Invisible Mentally Health (Kesehatan Mental yang Tak Terlihat) merupakan tema yang diambil pada kegiatan Puncak HKJS 2019. Dimana salah satu kegiatan yang dilakukan pada Puncak Peringatan HKJS ini adalah pelayanan deteksi dini melalui pembangunan mentally health service.

Menurut data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), angka bunuh diri di Indonesia tahun 2016 adalah 5 orang meninggal setiap harinya karena bunuh diri dengan total kematian 1800 orang akibat bunuh diri per tahun. Pencegahan bunuh diri perlu dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan bersama profesi, individu, keluarga, dan masyarakat. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengenali ciri-ciri orang yang cenderung melakukan bunuh diri dan mengenali faktor risiko yang dapat mendorong seseorang melakukan bunuh diri. Selain itu, perlu diwaspadai tempat-tempat dimana seseorang berisiko melakukan bunuh diri. Para pengelola institusi yang memberikan pelayanan bagi orang dengan penyakit kronis, depresi, dan kesepian perlu mewaspadai risiko terjadinya bunuh diri.

Direktur Jenderal P2P, dr. Anung Sugihantono, M.Kes dalam sambutannya mewakili Menteri Kesehatan RI di kesempatannya mengatakan bahwa sehat itu tidak hanya sebatas keadaan sehat fisik, sehat mental spiritual maupun sehat sosial operasional, tapi membagi kesehatan itu kedalam empat tahap yaitu pertama, memang bebas dari kecacatan; kedua, tidak ada gejala dan tanda penyakit masalah kejiwaan; ketiga keadaan bugar secara fisik maupun mental dan; keempat adalah produktif secara fisik mental maupun sosial sehingga kita bisa aktif berinteraksi dengan lingkungan termasuk juga sebagai bagian dari tanggung jawab sosial kita kepada masyarakat.

Permasalahan tentang gangguan jiwa sangatlah kompleks untuk itu, kata dr. Anung peran keluarga dalam pencegahan gangguan jiwa sangatlah penting, karena keluarga adalah pusat kegiatan dari kehidupan individu. Keluarga perlu memahami tentang tanda-tanda awal gangguan jiwa yang biasanya muncul berupa perubahan perilaku seorang anggota keluarga. Dengan pemahaman ini maka keluarga dapat melakukan deteksi dini dan tindakan segera dengan mencari pertolongan profesional di Puskesmas atau Rumah Sakit. Pertolongan profesional yang tepat dan dilakukan sedini mungkin dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa yang berkepanjangan.

Sekarang komponen lintas generasi nya mulai dari generasi baby boomers yang lahir sekitar tahun 50-60 makin panjang. Saat ini Indonesia dengan penduduk usia 60 tahun keatas jumlahnya hampir 65 juta sekaligus juga generasi Z sekarang sudah ada di lingkungan kita yang cara komunikasi pola komunikasi dan tatanan nya sangat berbeda kearifan tersendiri di dalam lingkup keluarga sekolah maupun komunitas.

Inilah pentingnya kita melihat yang tidak terlihat dalam konteks komunikasi dalam konteks penyampaian pesan, tetapi sekaligus di dalam kontek menunjukkan atau memperlihatkan apa yang seharusnya kita perlihatkan. Kita dapat melihat beberapa informasi pemberitaan dengan kejadian bunuh diri pada mahasiswa yang di dalam beberapa bulan terakhir atau di tahun 2019, setidak-tidaknya ada tiga berita besar yang berkaitan dengan kejadian mahasiswa bunuh diri di Indonesia. Inilah tantangannya saat ini pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2019 ini dengan mengambil tema promosi kesehatan jiwa bagi individu keluarga dan masyarakat khususnya sebagai upaya pencegahan bunuh diri merupakan hal penting yang harus kita pahami bersama bahwa kejadian yang tidak dikehendaki semacam ini sangat dekat dengan lingkungan kita di rumah di sekolah maupun di komunitas, ungkap dr. Anung

Hal-hal semacam ini lah, kata dr. Anung akan terjadi dan biasanya tidak kita kenali apabila kita tidak peduli, oleh karenanya kita semuanya harus memahami menumbuhkan rasa tanggung jawab dari diri, keluarga dan masyarakat menjadi satu hal yang sangat penting untuk kita lakukan pada saat ini dan kedepannya.

“Saya berharap kepada seluruh pihak baik pemerintah, akademisi, dan para praktisi sama-sama melakukan upaya-upaya yang sangat strategis dan sinergi untuk menggalang keterpaduan sumber daya yang kita miliki sekaligus mampu mewujudkan Indonesia yang lebih baik kedepan”, ujar dr. Anung diakhir sambutannya.

Dekan Fakultas Komunikasi Univesitas Padjajaran, Dadang Rahmat Hidayat dikesempatan yang sama sangat menyambut baik kerjasama yang dilakukan Kementerian Kesehatan dengan Universitas Padjajaran dalam konteks kegiatan Puncak Peringatan HKJS yang diangkat kedalam kegiatan Epicentrum Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran. Menurut beliau ini merupakan ide yang bagus mengangkat topik kesehatan jiwa dengan berbagai permasalahan sosial masalah kesehatan di dalam kelompok yang mudah-mudahan nanti bermanfaat dan bisa digunakan oleh kita semua.

Selain itu, dalam pencegahan dan pengendalian penyakit gangguan jiwa khususnya di Provinsi Jawa Barat, dalam hal ini Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Daud Achmad dalam sambutan Gubernur mengatakan bahwa Provinsi Jawa Barat berupaya untuk merintis pembentukan Unit Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Keberadaan sistem pelayanan kesehatan jiwa merupakan respon terhadap adanya persoalan masalah kejiwaan yang terjadi di masyarakat, kebutuhan cepat tanggap terhadap penderita dengan resiko bunuh diri sangat diperlukan agar penderita dapat dicegah dari tindakan bunuh diri dan segera mendapat pendampingan secara intensif karena setiap tahunnya lebih dari 800 jiwa orang di dunia harus kehilangan nyawanya akibat faktor gangguan jiwa, pencetusnya bisa terjadi karena ketidakberdayaan kehilangan pasangan konflik pertemanan, tekanan sosial dan ekonomi masalah keluarga atau masalah pekerjaan.

Untuk itu, kata Daud melalui peringatan hari kesehatan jiwa sedunia ini, Pemerintah Provinsi Jabar mengajak masyarakat untuk kembali menyadari sebuah persoalan yang perlu mendapat lebih banyak perhatian, namun sering terlupakan yaitu masalah kesehatan jiwa. Selain itu dengan bantuan seluruh stakeholder kami juga mengajak masyarakat untuk serta dalam upaya pencegahan bunuh diri dan menghapus stigma buruk gangguan jiwa di masyarakat.

Lanjut Daud mengatakan dapat kami laporkan Rumah Sakit Jiwa di Provinsi Jabar juga telah banyak menerima pasien anak yang termasuk kategori orang dengan masalah kejiwaan atau masalah kejiwaan yang dialami oleh anak-anak ini disebabkan oleh penggunaan gadget secara berlebihan. Untuk itu yang akan terus dilakukan Pemerintah Provinsi Jabar adalah berupaya meningkatkan cakupan mutu dan akses yang terjangkau dalam pemberian pelayanan kesehatan jiwa, menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang profesional dan pemenuhan tenaga kesehatan yang unggul dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa di Provinsi Jawa Barat.

Pada Puncak Peringatan HKJS 2019 dilakukan juga talkshow oleh para praktisi kesehatan jiwa, penyerahan awards atau penghargaan oleh Direktur P2 Makeswa kepada Komunitas Peduli Kesehatan Jiwa, serta Penyerahan hadiah 7 mata lomba bidang Komunikasi yang dilaksanakan oleh Epicentrum Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran.

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >