Pertemuan Orientasi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kusta, Frambusia serta Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan

Pada 15 Oktober 2019, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI membuka Pertemuan Orientasi Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Kusta, Frambusia Dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan di Bogor.

Pertemuan dihadiri oleh peserta yang terdiri dari dokter dari 34 Provinsi di Seluruh Indonesia dan LS/LP dan dihadiri oleh beberapa narasumber yang terdiri dari Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Ditjen Kesmas, Kemenkes RI, Kementerian PPN/Bappenas, IDAI, Staf Ahli Kepresidenan, TNP2K, Ditjen Bina Keuangan Daerah, Kemendagri, Direktur Pelayanan Sosial Dasar, Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kemendes PDTT, BTKLPP Kls I Makasar, Dinkes Kab. SBD, kab. Pacitan, serta Organisasi profesi. alam sambutannya, Direktur menyampaikan bahwa Penyakit kusta dan frambusia masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena menimbulkan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan perhatian dari semua pihak. Kusta dan frambusia tergolong kepada kelompok Penyakit Tropis Terabaikan (NTD), yang paling sering bermanifestasi pada jaringan kulit dan bila tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan disabilitas. Masalah yang timbul bukan saja pada fisik penderitanya melainkan juga pada sosial ekonomi penderita dan keluarganya serta masih terdapat stigma dan diskriminasi terhadap pasien kusta dan keluarganya. Selain itu, penyakit diare juga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Kejadian diare berulang pada bayi dan balita dapat menyebabkan stunting. Zat mikro dalam tubuh yang seharusnya tumbuh dan tumbuh, habis untuk melawan infeksi berulang termasuk diare. Perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene serta upaya rehidrasi oral dengan oralit dan zink saja tidak dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas diare rotavirus, sehingga vaksinasi merupakan upaya pencegahan yang paling efektif.

Data pada tahun 2018 menunjukkan terdapat 17.017 kasus baru kusta dengan kasus kusta terdaftar sebanyak 18.529. Selain itu, Indonesia mempunyai 9 provinsi dan 132 kabupaten/kota yang belum mencapai eliminasi dan masih terdapat 355 kasus frambusia yang tersebar di 5 (lima) provinsi yaitu Papua, Maluku utara, Papua barat, Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan untuk prevalensi diare berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 pada semua kelompok umur sebesar 8 % dan angka prevalensi untuk balita sebesar 12,3 %. Serta data juga menyebutkan bahwa tingkat stunting di Indonesia adalah 30,8%. Menurut kajian Analisis Determinan Faktor Penyebab Stunting di Indonesia (Beal, Tumilowicz, Sutrisna, Izwardy, Neufeld, 2018) menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antara kejadian diare dalam 7 hari terakhir dengan kejadian stunting terutama di daerah pedesaan.

Direktur menambahkan saat ini terdapat Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 tahun 2019 tentang penanggulangan kusta dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 8 tahun 2017 tentang eradikasi frambusia. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut dinyatakan bahwa Indonesia mentargetkan pencapaian eliminasi kusta tingkat provinsi di tahun 2019, eliminasi kusta tingkat kabupaten/kota di tahun 2024 dan eradikasi frambusia di tahun 2020. Pencapaian target dilaksanakan melalui beberapa upaya penanggulangan yang memerlukan dukungan. Salah satu dukungan tersebut adalah dukungan Sumber Daya Manusia.

Dokter merupakan salah satu Sumber Daya Manusia tenaga kesehatan yang menjadi ujung tombak dalam penegakkan diagnosis dan tatalaksana penyakit kusta, frambusia, dan penyakit infeksi saluran pencernaan di fasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan ini harus memiliki keahlian dan kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia beserta jajarannya perlu mempersiapkan SDM dengan mengadakan pelatihan atau sejenisnya seperti workshop guna menambah pengetahuan petugas kesehatan sesuai perkembangan ilmu masa kini khususnya dalam tatalaksana penyakit kusta, frambusia, dan penyakit infeksi saluran pencernaan di Indonesia.

Terakhir beliau berharap pertemuan ini dapat menghasilkan tenaga kesehatan yang terlatih dan berkualitas yang dapat meningkatkan deteksi dini dan pengobatan yang tepat serta mengurangi keterlambatan diagnosis sehingga target eliminasi kusta, eradikasi frambusia dan penurunan stunting dapat tercapai dengan waktu yang singkat sehingga terwujud peningkatan status kesehatan masyarakat Indonesia.

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >