Mengenali Gangguan Penglihatan dengan SIGALIH

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Ditjen P2P Kemenkes RI, pada (2/10) menyelenggarakan Temu Media dalam rangka Peringatan Hari Penglihatan Sedunia Tahun 2018 di Kantor Kemenkes RI Jakarta. Tahun ini tema yang diangkat adalah “Mata Sehat untuk Semua”.

Pada Temu Media ini para wartawan dan bloger yang hadir diperkenalkan sebuah aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional (SIGALIH) yaitu aplikasi yang dapat mencatat berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan mata. Aplikasi berbasis web/android ini dapat mengenali gangguan penglihatan warga negara Indonesia melalui deteksi dini di Posbindu.

Dengan adanya SIGALIH, kata dr. Anung, gangguan penglihatan dan kebutaan ini dapat dicegah. Atau pada mereka yang memang mesti mendapatkan tindakan mendapatkan pertolongan.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) ada lebih dari 285 juta penduduk dunia yang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta di antaranya mengalami kebutaan, 124 juta dengan low vision serta 153 juta mengalami gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. 90 persen para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini hidup di negara dengan pendapatan rendah, yang jika dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan apa pun, maka jumlah penderita gangguan penglihatan dan kebutaan ini akan membengkak menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.

Ketua Persatuan Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) dr. M. Sidik, Sp.M (K) mengatakan bahwa penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak.

“Katarak adalah kondisi saat lensa itu keruh akibat proses penuaan. Biasanya katarak terjadi pada orang dewasa yang berusia 50-an. Penderita penyakit tertentu, seperti diabetes, juga dapat mengalami katarak,” ujar dr. Sidik.

Selain itu beliau juga menegaskan bahwa faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya katarak adalah sinar ultraviolet.

“Paparan sinar UVB ini tinggi di negara kita yang tropis. Selain sinar, gizi kurang, usia anak juga mempercepat terjadinya katarak,” terangnya.

Wakil Ketua Komite Mata Nasional dr. Aldiana Halim, SpM (K) mengungkapkan bahwa terdapat 6,4 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan sedang, berat, dan buta.

“Khusus untuk gangguan sedang dan berat (katarak dan kelainan refraksi) itu mencapai 5,1 juta orang dan buta mencapai 1,3 juta orang,” ujar dr. Aldi

Narasumber pada Temu Media ini antara lain Direktur Jenderal P2P dr. Anung Sugihantono, M.Kes, Ketua Persatuan Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) dr. M. Sidik, Sp.M (K), dan Wakil Ketua Komite Mata Nasional dr. Aldiana Halim, SpM (K).

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >