Koordinasi Dukungan USAID di Lingkungan P2PML Dalam Program Penanggulangan TB HIV AIDS

Jakarta, (23/10) Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes membuka acara pertemuan “Koordinasi kegiatan Dukungan USAID” di lingkungan P2PML di Jakarta, dalam pertemuan ini hadir perwakilan USAID Indonesia, serta mitra teknis USAID.
Dalam sambutannya dr. Wiendra mengatakan saat ini, Indonesia menghadapi tantangan besar yakni tiga masalah kesehatan yang membebani, yaitu masih tingginya penyakit menular seperti itu AIDS,Tuberkulosis, Malaria dan lain-lain ; meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Hipertensi, Diabetes dan Kanker, dan Gangguan Jiwa terus bertambah ; serta penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali.


TB masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Selain itu adanya korelasi dengan HIV AIDS, membuat TB menjadi beban ganda bagi masyarakat kita, baik dampak kesehatan maupun dampak sosial ekonomi. Arti bidan yg menambah beban yang harus ditanggung oleh masyarakat dan negara.
Untuk mengatasi masalah-masalah pemerintah telah melakukan beberapa terobosan yang dimuat dalam rencana strategi nasional penanggulangan TB yang telah dilakukan melalui pertemuan-pertemuan konsensus yang baru saja selesai dilaksanakan dan meliputi strategi 1) Penguatan Kepemimpinan program TB di kabupaten/kota; (2) peningkatan Akses Layanan “TOSS TB” yang mencakup aktive case finding dan intensifikasi kolaborasi layanan; 3) Pengendalian Faktor Risiko; 4) Peningkatan Kemitraan melalui Forum Koordinasi TB; 5) Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam Penanggulangan TB; 6) Penguatan manajemen program melalui penguatan Sistem Kesehatan.


Terobosan ini juga dimaksudkan untuk menjawab tantangan target Sustainability Development Goals (SDGs) tahun 2030 adalah mengakhiri epidemi TB yaitu mencapai penurunan 90% kematian akibat TB dan penurunan insidens TB 80% dibandingkan tahun 2015.
Terobosan ini diperkuat dengan a) pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat (GERMAS), b) berbasis Kabupaten dengan public private mix, c) penemuan kasus secara aktif, dan d) kebijakan kemitraan adalah kunci yang meningkatkan akses penemuan kasus TB yang belum terjangkau dan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB.
Dalam Sustainability Development Goals (SDG) ada target-target pengendalian HIV AIDS yang harus dicapai masyarakat dunia di samping itu, negara-negara anggota ASEAN termasuk Indonesia juga harus mewujudkan 3 Zero New Infection; Zero AIDS related Death; Zero Discrimination.


Prinsip dasar dalam strategi nasional pengendalian HIV AIDS di Indonesia telah sejalan dengan langkah dan upaya untuk mencapai SDI untuk mencapai target atau sasaran yang telah ditetapkan strategis nasional tersebut perlu dilaksanakan bersama oleh pemerintah dan seluruh seluruh lapisan masyarakat termasuk organisasi profesi organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan.
Koordinasi kemitraan tetap partisipasi aktif dan komunitas populasi kunci, populasi sasaran serta masyarakat umum merupakan salah satu pilar dari layanan HIV dan penyakit infeksi menular seksual komprehensif berkesinambungan atau dikenal dengan KB yang merupakan strategi utama dalam pengendalian HIV AIDS dan PIMS.
Dalam meningkatkan akses masyarakat pada layanan HIV AIDS, telah dilaksanakan gerakan mendorong masyarakat untuk perluasan tes dan obati HIV sekaligus pertahanan pengobatan dikenal dengan slogan stop. Tujuan dari gerakan ini adalah mendorong masyarakat agar mau melakukan tes HIV, sehingga udara dapat ditemukan secara Dini langkah ini didukung dengan layanan pengobatan arv sesegera mungkin untuk ODHA dan mempertahankan pengobatan guna memutus rantai penularan HIV di masyarakat.

Seperti kita ketahui HIV adalah cronic manageable disease yang menjadi salah satu program prioritas nasional pembangunan kesehatan. Agenda utama terkait program HIV saat ini adalah bagaimana mencapai on ART sebanyak 40% dari nilai estimasi nasional 640.443 yaitu sebanyak 258.340 ODHA atau ART
Saat ini Kementerian Kesehatan telah melakukan strategi-strategi dan di mana langkah pertamanya adalah dengan 1) Penemuan ODHA baru dengan menggunakan target SPM HIV dan notifikasi pasangan 2) Mengembalikan pengobatan ODHA yang belum ART dan ODHA LFU; 3) Inisiasi pemberian ARV “ test and treat all; 4) Peningkatan Kepatuhan minum ARV; 5) Penguatan koordinasi antara layanan dan komunitas; 6) Penambahan layanan 85 layanan PDP baru
Dan perlu kembali untuk mendukung kegiatan IMF pada kegiatan program dukungan di subdit HIV AIDS dan PIMS, di mana kita mempunyai indikator persentase orang dengan HIV AIDS yang menjalani terapi ARV (ODHA on ART), persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan persentase pengobatan Sifilis dengan tujuan untuk menurunkan insiden HIV menjadi 0,18% di tahun 2024.

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >