Kampanye Imunisasi Campak dan Rubella Dihentikan, Namun Pelayanan Imunisasi Tetap Dilanjutkan

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kemenkes, dr. Anung Sugihantono, M.Kes saat Temu Media dengan sejumlah wartawan di Ruang Pers Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kantor Kemenkes RI Jakarta, pada Senin (7/1) mengatakan bahwa kampanye imunisasi campak-rubella dihentikan, namun pelayanan imunisasinya tetap dilanjutkan.

Keputusan tersebut, kata beliau adalah berdasarkan rekomendasi dari sejumlah organisasi kedokteran seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI). Esensi dari rekomendasi tersebut adalah masuknya imunisasi campak-rubella ke kegiatan imunisasi rutin lengkap.

Selain itu, dr. Anung juga menegaskan bahwa terkait dengan belum tercapainya target imunisasi di luar Pulau Jawa, perlu dilakukan penguatan surveilans penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Hasil cakupan di Pulau Jawa tampak menunjukkan bahwa kasus campak – rubella menurun jauh setelah mencapai 100 persen pada 2017.

Untuk meningkatkan cakupan imunisasi di luar Pulau Jawa, surveilans PD3I harus ditingkatkan dengan melakukan pemetaan risiko wilayah atau potensi wilayah yang perlu diwaspadai terjadinya PD3I. Variabelnya secara makro mencakup terget imunisasi, kegiatan laporan surveilans dan pelaporan surveilans.

Lebih lanjut dr. Anung menjelaskan pelaporan pasif di rumah sakit bukan hanya soal cakupan, tapi soal Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di rumah sakit. Hal ini harus dicermati karena congenital rubella syndrome misalnya, perlu perhatian dari beberapa dokter spesialis, yakni spesialis mata, THT, dan spesialis jantung untuk memastikan diagnosis bahwa seorang anak terkena congenital rubella syndrome.

“Belum semua rumah sakit di tingkat kabupaten/kota mempunyai 3 spesialis, inilah yang jadi tantangan kami ke depan dalam mengamati atau meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan karena anak tidak diimunisasi”, ujar dr. Anung dikesempatannya.

Dalam 6 bulan ke depan, dr. Anung mengharapkan akan ada data yang dapat diolah dari berbagai hal yang berkaitan dengan imunisasi, surveilans, dan risiko di lapangan saat dilakukan kampanye campak-rubella selama 2 tahun terkahir. Harapannya di akhir 2019 semua jenis cakupan imunisasi mencapai di atas 95 persen per-kabupaten/kota di Indonesia.

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >