Cegah Penyakit Ginjal dengan Perilaku CERDIK

Forum Diskusi Dialisis dalam rangka Hari Ginjal Sedunia tahun 2018 hasil kerja sama Kemenkes RI dengan Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKEKK FKM UI) resmi dibuka Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, di Ruang Siwabessy, Kemenkes RI, Jakarta Selatan, pada Kamis pagi (8/3).

Seperti diketahui, hari Kamis minggu kedua di bulan Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ginjal Sedunia atau World Kidney Day. Tahun ini, peringatan Hari Ginjal  Sedunia jatuh pada tanggal 8 Maret bersamaan dengan Hari Perempuan Internasional 2018. Karena itu, tema yang diangkat adalah “Kidneys and Women Health : Include, Value, Empower”. Tema ini mempromosikan akses yang terjangkau dan adil terhadap pendidikan kesehatan, perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit ginjal bagi semua wanita dan anak perempuan di dunia.

Dalam sambutannya, dr. Anung berpesan bahwa semua lapisan masyarakat perlu menjalankan gaya hidup sehat untuk menjaga agar ginjalnya tetap sehat, antara lain dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang (rendah gula, garam, lemak dan tinggi serat), kontrol tekanan darah dan kadar gula darah, minum air putih minimal 2 liter per hari, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan dan tidak merokok.

“Dalam pencegahan penyakit ginjal kronis, Kemenkes terus berupaya dalam tahapan perubahan perilaku masyarakat yang kita sebut dengan perilaku CERDIK”, ujar Anung.

Upaya promotif preventif melalui perilaku CERDIK adalah kepanjangan dari lima aktifitas berikut: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stress.

Ditambahkan oleh dr. Anung, bahwa selain berperilaku CERDIK, ada tiga upaya lain yang juga tidak boleh dilupakan yaitu: 1) Upaya preventif melalui self awareness berupa pengukuran berat badan, tekanan darah dan pemeriksaan gula darah secara rutin atau minimal 1 kali dalam setahun di pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM) atau di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes); 2) Upaya kuratif dan rehabilitatif melalui penguatan pelayanan kesehatan, baik itu berupa layanan Haemodialisis (HD), Peritoneal Dialysis (PD), maupun transplantasi ginjal.

“Perlu kerja sama lintas sektor untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat melalui edukasi mengenai pencegahan penyakit kronis, khususnya penyakit ginjal kronis kepada masyarakat umum, serta menguatkan ketersediaan jaminan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan yang memadai”, imbuhnya.

Global Burden of Disease tahun 2010, penyakit ginjal kronis merupakan peringkat ke-27 penyebab kematian di dunia pada tahun 1990 dan mengalami peningkatan menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 0,2% atau 2 per 1000 penduduk, sekitar 60% penderita gagal ginjal tersebut harus menjalani terapi dialisis. Prevalensi penyakit gagal ginjal tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,5%. Sedangkan data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2016, menunjukan sebanyak 98% penderita gagal ginjal menjalani terapi Hemodialisis dan 2% menjalani terapi Peritoneal Dialisis (PD). Penyebab Penyakit Ginjal Kronis terbesar adalah nefropati diabetik (52%) dan hipertensi (24%).

“Dengan melakukan upaya pencegahan, pengendalian dan tatalaksana hipertensi dan Diabetes Melitus sesuai standar, maka penyakit ginjal kronis dapat dicegah”, tandas Anung.

Kementerian Kesehatan tidak menerima suap dan/atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Jika terdapat potensi suap atau gratifikasi silahkan laporkan melalui HALO KEMENKES 1500567 dan https://wbs.kemkes.go.id

Berita Terkait lainnya >

Posting Terbaru >